Hasil dan Ungkapan
Daffa turun dari motornya sembari menenteng kantong plastik berisi tahu bulat yang sudah ia beli di depan gang sebelum ke rumah Salma.
Daffa mengetuk pintu rumah Salma. “Langsung masuk aja,” teriak Salma dari dalam.
“Nih pesenan lo.” Daffa menaruh kantong plastik yang ia bawa ke meja yang berada di ruang tengah.
Salma yang semulanya berposisi tengkurap pun langsung bangkit dan membuka kantong plastik di meja. “Wih, tahu bulat.” Salma bersumringah melihat tahu bulat di dalam kanton plastik itu.
Salma menoleh pada Daffa yang beranjak duduk di sebelahnya. “Lo ngga bawa laptop?” tanya Salma menyadari Daffa tidak membawa laptop.
Daffa menggeleng. “Engga, cek lewat hp aja gue.”
Daffa seperti sangat santai menghadapi pengumuman hasil SNMPTN. Tidak seperti Salma, Salma justru tidak tenang sama sekali, dirinya bahkan menyiapkan segala sesuatu agar lancar saat melihat hasilnya nanti.
Salma menikmati tahu bulat yang dibawakan Daffa, sementara Daffa hanya menatap Salma yang sangat lahap menyantap tahu bulat. Sepertinya Daffa sudah kenyang hanya dengan memandang Salma.
Salma merasa diperhatikan, karena lumayan risih, akhirnya ia menoleh ke Daffa. “Kenapa ngeliatin? Mau?” Salma menyodorkan satu buah tahu bulat ke Daffa.
“Engga, lo habisin aja.”
Tiga puluh menit mereka menunggu portal link untuk melihat hasil SNMPTN terbuka, akhirnya sekarang portal link-nya sudah bisa diakses.
“Siap?” tanya Daffa sebelum ia dan Salma sama-sama memencet tombol submit.
Salma mengangguk dengan sedikit ragu. “Satu, dua, tiga.” Daffa menghitung dan di hitungan ketiga, mereka sama-sama memencet tombol submit.
Tertampil warna biru pada layar ponsel dan laptop mereka. Yang tandanya mereka telah berhasil lolos untuk masuk ke universitas yang mereka inginkan.
“Biru, Daff, biru, ngga nyangka gue.” Air mata kebahagiaan jatuh dari mata Salma, dirinya tak menyangka jika hasil yang didapat adalah lolos.
“Gue juga, Sal. We did well,” ucap Daffa dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.
“Aaa gue seneng banget.” Salma dengan reflek memeluk Daffa yang berada di sebelahnya. Daffa dengan senang hati menerima pelukan Salma dan membalasnya.
“Oh iya, ada yang mau gue omongin ke lo.” Daffa mulai meregangkan pelukannya.
Daffa melepaskan pelukannya dan memegang kedua pundak Salma. “Kita sama-sama udah besar, gue rasa, gue udah berani untuk ngajak seseorang untuk berkomitmen. Gue udah nyimpen rasa ini lama banget, ngga pernah gue ungkapin karena gue pikir itu masih cinta monyet.”
Tangan Daffa turun menggenggam tangan Salma. “Tapi sekarang gue yakin, kalo rasa itu bukan sekedar cinta monyet. Gue mau ngajak lo untuk lebih dari sahabat, will you be mine?”
Senyum Salma pudar, ia terdiam mencerna setiap kata yang Daffa ucapkan. Jemari Salma menggenggam balik tangan Daffa. “Lo belum lihat ya, gue bakal masuk univ mana?” Daffa menggeleng menjawab pertanyaan Salma.
“Lihat.” Salma menunjukan layar laptopnya. “Gue keterima di UGM, yang berati gue bakal pindah ke Jogja.”
“Jadi?” Daffa terbingung dengan maksud Salma memberi tahu jika ia terterima di UGM. Terus apa masalahnya? Pikir Daffa.
“Gue ngga bisa LDR, Daff. Lo mau nunggu gue sampe selesai kuliah ngga?” pinta Salma.
Daffa cukup lama terdiam, memikirkan apa yang harus ia jawab. Pada akhirnya Daffa menjawab, “Gue bakal tunggu lo sampai kapanpun itu.”