Pilihan

Sandra tiba di depan rumahnya. Setelah ia berpamitan dan mengucap terima kasih pada temannya, ia langsung masuk ke dalam.

“Key,” panggilnya pada anak semata wayangnya sembari melihat sekeliling rumah, memperhatikan semua keadaan rumah. Semua tata letak barang masih seperti sebelum ia pergi, tandanya rumah baik-baik saja saat ia tinggal.

Keyna mendengar suara yang tak asing, maka ia segera keluar dari kamar dan menghampiri asal suara itu.

Keyna tak begitu terkejut melihat Sandra, karena memang Sandra sudah mengabarinya semalam. Keyna masih berdiri memperhatikan Sandra, memastikan bahwa orang di depannya adalah mamanya.

“Sini.” Sandra menepuk sisi sofa di sampingnya.

Keyna menurut dan duduk di samping mamanya. “Mamah kapan nyampenya?”

“Basa-basi kamu terlalu basi, udah jelas Mamah barusan sampe.”

“Gimana?” Sandra kembali berucap tanpa konteks yang membuat Keyna mengerutkan keningnya.

“Jadi kamu mau punya papah baru siapa?” Sandra menangkap kondisi Keyna yang bingung, maka ia menjelaskan konteks pertanyaannya.

“Mah, kenapa harus aku yang milih? Ini pasangan untuk Mamah, bukan untuk aku.”

Sandra tersenyum, “Karena Mamah mentingin kamu, Mamah mau kamu cocok sama calon papah kamu. Mamah ga mau, cuma dengan ke egoisan Mamah yang ingin menikah lagi, kamu justru ga suka.”

“Mah, aku ga bisa pilih siapa, aku mau Mamah pilih sesuai pilihan hati Mamah, jangan pilihan aku.” Keyna menggenggam tangan sang mamah.

“Kamu yakin?” Keyna mengangguk menjawab pertanyaan Sandra.