eltta

Dengan langkah cepat, Hardy buru-buru masuk ke rumah sakit dan mencari ruang operasi. Setelah ia menemukan ruangan itu ia sudah melihat kedua anaknya dengan keadaan yang sangat kacau.

Langkahnya pun mendekati mereka, Malvin yang sadar akan kedatangan ayahnya pun langsung berdiri dari tempat duduknya. Dengan tatapan tajam dan tangan yang mengepal keras ia menghampiri Hardy.

“Mau ngapain kesini?” tanya Malvin ketus.

“Jelasin ke papa Lisha kenapa?”

“Percuma aku jelasin, papa juga ga akan peduli kan?”

Melihat suasana yang mulai mencekam, akhirnya Devan mulai mendatangi Malvin dan Hardy.

“Vin, om, saya tau kalian ada masalah, tapi tolong jangan dibahas sekarang. Sekarang waktunya kita fokus sama keadaan Lisha, kalian harus saling nguatin satu sama lain.” ucap Devan.

Malvin akhirnya kembali duduk di samping Rey, dan Hardy setia berdiri di depan ruangan operasi. Hatinya tak tenang, ditambah anak yang tak pernah ia anggap itu harus merasakan penyakit yang turun darinya.

Tak lama dari kedatangan Hardy, Via pun ikut datang. Terlihat dari raut wajahnya yang sangat khawatir dan masih meninggalkan jejak air mata di matanya.

Begitu Via datang, ia langsung menghampiri Rey dan langsung memeluknya. “Rey, kenapa bisa gini nak?”

“T–tadi Lisha jatuh ma, aku ga becus jaga dia.”

“Stt jangan bilang gitu, ini bukan salah kamu, udah ya jangan nangis lagi, Lisha pasi bakal baik-baik aja. Kamu percaya kan kalau adik kamu itu kuat?” Rey membalas dengan anggukan dan ikut membalas dekapan mamanya.

Satu per satu berpamitan untuk pulang terlebih dahulu, dan hanya menyisahkan Hardy, Via, Malvin, Lyan, Rey, dan Candra.

Kini sudah empat jam proses operasi namun tak ada kabar apapun yang dokter sampaikan. Semua yang di sana terus merapalkan doa agar operasi berjalan dengan lancar.

Hingga seorang dokter dengan pakaian medisnya keluar dari ruangan operasi. Belum sempat dr. Adit bicara, Hardy langsung memotongnya.

“Dok, gimana putri saya?” ucapnya.

Putri saya? Andai Lisha mendengar ucapan Hardy sekarang, pasti ia akan sangat bahagia.

“Operasi berjalan dengan lancar, sel tumor pada otaknya berhasil kami angkat.”

Terlihat dari mata mereka semua jika mereka sangat bersyukur saat mendengar ucapan dr. Adit.

“Tapi, karena sedikit terlambat untuk pasien dibawa kesini, kondisi Lisha sudah sangat turun. Dan sekarang kami nyatakan jika Lisha mengalami koma, dan kami tidak bisa menyimpulkan kapan Lisha akan bangun dari komanya.”

“Setelah ini Lisha akan dipindahkan ke ruang rawat inapnya, dan kami akan terus memantau perkembangannya. Dimohon keluarga untuk terus memberikan dukungan buat Lisha, dan terus berdoa agar Lisha segera sadar. Saya permisi,” ucap dr. Adit yang setelah itu masuk kembali ke dalam.

“Can, tadi dokternya lagi ngelawak ya?” racau Rey.

“Engga Rey,”

“Ga mungkin lah Lisha koma.” Tak ada lagi yang bisa Candra katakan pada Rey, sebab sekuat tenaga ia menyadarkan Rey, Rey selalu saja akan menolak fakta itu.

“Kenapa kamu ga bilang dari awal Malvin?” kini Hardy bertanya pada Malvin.

“Lisha nutupin semuanya, aku sama Rey baru tau belum lama. Bahkan seminggu yang lalu Lisha baru aja pertama kali lakuin kemoterapi. Padahal memang dari awal seharusnya langsung dilakukan tindakan operasi,” jawab Malvin.

Pintu ruang operasi terbuka lebar, rupanya para perawat sedang ingin memindahkan Lisha untuk ke ruang rawatnya. Perlahan para perawat itu mendorong ranjang Lisha.

Terlihat di sana wajah Lisha yang tertidur pulas, setia dengan matanya yang terus tertutup. Dengan kain perban yang ada pada kepalanya. Siapapun yang melihat kondisinya sekarang akan merasa sakit hatinya.

Benar kata Leo, kondisi Malvin dan Rey saat ini kacau. Bahkan mungkin bisa dikatakan jika mereka sedang sangat kacau.

Rey yang sudah terduduk di lantai dengan menekuk kedua lututnya sembari menangis kuat. Berulang kali Candra berusaha membangunkan Rey agar berpindah ke kursi yang berada di sana, namun Rey tetap lah Rey, ia tetap setia duduk pada lantai yang dingin itu.

Dan Malvin yang sedari tadi membenturkan kepalanya pada dinding rumah sakit, tak peduli seberapa sakit kepalanya sekarang. Jaguar sudah berusaha menahan Malvin, tapi tetap tak bisa.

Lyan datang bersama dengan Devan dan Hesna, Lyan langsung menarik Malvin yang masih setia membenturkan kepalanya.

“Jangan gini Vin, lo jangan gini. Sekarang ceritain ke gue ini ada apa?” ucap Lyan pada Malvin yang sudah tidak memiliki semangat.

“Lisha Yan, Lisha.”

“Lisha kenapa Vin?”

“Tadi dia jatuh Yan, terus kata dokter dia harus dioperasi Yan. Kepalanya terlalu banyak kebentur Yan, gue ga tau lagi sekarang harus gimana.”

“Jadi sekarang Lisha di dalem lagi operasi?” tanya Lyan yang dibalas anggukan lemah oleh Malvin.

“Oke, sekarang lo duduk dulu, tenangin diri lo, kabarin bokap nyokap lo secepatnya.” ucap Lyan sembari menuntun Malvin untuk duduk di atas kursi yang sudah tersedia di sana.

“Kalian belum pada makan kan?” tanya Hesna yang tak dijawab semua orang di sana.

“Le, lo sama Jaguar tolong beliin makan sama minum sekalian. Duitnya gue transfer ke lo.” suruh Hesna pada Leo.

Leo dan Jaguar pun menuruti perintah Hesna, dan langsung pergi dari sana. Kini Novan berusaha menjajarkan dirinya dengan Rey.

“Rey, bangun dulu, pindah ke atas. Lo mau nanti waktu Lisha keluar dia lihat abangnya kaya gini? Duduk di lantai sambil nangis? Yang ada lo diketawain Rey.” ucap Novan pada Rey.

“Van, Lisha bakal bangun kan?”

“Lisha pasti bangun Rey, sekarang lo bangun dulu, lo ga dingin apa duduk disini?” Perlahan pun Rey bangun dan mendudukan dirinya di samping Malvin yang berkutik dengan ponselnya.

Ini kali pertama untuk Lyan, Devan, Hesna, Novan, Janu, dan Candra melihat sahabat mereka sangat hancur.

Seperti kehilangan arah, kehilangan kebahagiaan, kehilangan semangat hidup, hanya inilah yang mendeskripsikan kondisi Malvin dan Rey sekarang.

Bintang tolong bilang pada semesta untuk tetap mempertahankan Lisha di dunia ini. Hilangkan lah segala kesedihan yang dimiliki Lisha. Semesta kau sudah begitu kejam dengan gadis yang tak mempunyai salah apa-apa.

Kini kehadirannya sangat penting untuk semua orang. Bintang, bujuklah semesta agar tidak mengambil Lisha, dan bujuklah agar penderitaan Lisha berhenti sekarang.

Lisha semoga kau tetap kuat untuk bertahan, banyak yang bersedih melihatmu seperti ini. Bertahan demi orang-orang yang kamu sayangi. Ayo bertahan dan berikan kebahagiaan ke mereka. Ingat, masih ada yang menggantungkan bahagianya kepadamu.