Tetangga

Suara ketukan pintu terdengar, mengalihkan perhatian Kiana yang awalnya berada pada ponsel.

Menghampiri suara itu pelan dan ia buka pintu rumahnya.

Kini di depannya ada seorang gadis yang jika dilihat dari parasnya memiliki umur yang seumuran dengan Kiana.

Gadis itu berdiri dengan membawa sebuah bingkisan pada tangannya dan senyum yang terukir pada bibirnya.

“Hallo, permisi,” sapa gadis itu dengan senyum yang tak luntur.

“Hai, kenapa ya?”

“Kenalin saya tetangga sebelah yang baru pindah.”

“Oh gitu, ayo masuk dulu.” Kiana mempersilahkan sang gadis untuk masuk ke dalam kediamannya.

“Mau minum apa nih?”

“Duh ga usah repot-repot, habis ini juga mau balik lagi ke rumah. Masih ada yang harus diberesin.”

“Tinggal sama siapa di sini?” tanya Kiana memulai percakapan.

“Berdua doang sama ibu. Eh kita kayanya seumuran deh, gimana kalo gue-lo aja? Susah kalo formal-formal.”

“Iya santai aja, mau formal atau gue-lo juga ga masalah. Btw, gue Kiana.” Kiana mengulurkan tangannya, yang dibalas oleh sang gadis.

“Gue Angel, salam kenal ya. Eh, ortu lo mana? Gue mau menjalin hubungan yang baik antar tetangga.”

“Bokap lagi di luar kota, nyokap juga di tempat suaminya.”

“Duh sorry gue ga tau.”

“Sans gapapa.”

“Ki, gue minta nomor lo dong, jadi nanti kalo gue bingung di daerah sini, gue bisa tanya lo.”

“Okey, nih nomor gue.” Kiana membuka ponselnya dan mengarahkannya pada Angel. Angel pun mencatat nomor ponsel Kiana yang tertampil di layar ponselnya.