Siapa?
Farhan sampai di depan rumah Maria, ia melihat maria yang duduk di teras rumahnya bersama Shelly.
Maria sedang menunggu sesuatu, berharap datangnya seseorang.
“Mar? Ngapain?” tanya Farhan yang menghampiri Maria.
“Kan aku tadi bilang kalo lagi nunggu mamang cilor,” jawab Maria yang mendongak menatap Farhan.
Farhan terkekeh dan mengusap kepala Maria yang berada di bawahnya, karena sekarang posisi Maria sedang berjongkok.
Tidak lama, terdengar suara terompet dan teriakan seorang mamang penjual cilor.
Mendengar itu, Maria langsung bergerak berdiri dan melihat arah dari suara itu. Benar, itulah suara dari orang yang ia tunggu.
Maria menggerakan tangannya dan memanggil mamang cilor untuk berhenti.
“Eh, si Eneng geulis,” sapa mamang dengan logat khas Sundanya.
“Mang, cilornya 5.000-an tiga, ya. Satu bumbunya pedes sama barbeque, satu asin aja. Kakak mau pake bumbu apa?” Maria beralih menatap Farhan.
“Samain aja kaya kamu.”
Maria mengangguk, “Berati, 2 bumbunya pedes sama barbeque, 1 nya asin.”
“Siap atuh, si Eneng makin geulis aja, rahasianya teh naon, Neng?” ucap sang mamang sembari membuatkan pesanan Maria.
Maria terkekeh malu mendengar ucapan mamang tadi, sementara Farhan justru menatap tak suka.
Farhan mengeluarkan ponselnya lalu memberikannya pada Maria, “Tolong cash-in, mar, batrenya habis.”
Maria menerima ponsel Farhan lalu masuk ke dalam rumah, Maria mencari charger ponselnya untuk mengisikan daya ponsel Farhan.
Setelah menemukan chargernya, Maria langsung memasukan kabel chargernya pada ponsel Farhan.
Sebelum Maria kembali pergi, ia terlebih dahulu melihat notifikasi dari ponsel Farhan yang membuat ia terheran.