Random Talk
Farhan menuruni anak tangga, ia berjalan dari kamarnya menuju kamar di dekat ruang televisi. Ia tidak bisa tertidur, dan berakhir menghampiri seseorang untuk menemaninya.
Farhan mengetuk pintu kamar Maria. “Sebentar,” sahut Maria dari dalam.
“Eh Kakak, kenapa Kak?” tanya Maria saat membuka pintu kamar dan mendapati sosok Farhan.
“Udah ngantuk belum?” Maria membalas dengan gelengan, lalu Farhan menarik tangan Maria agar keluar dari kamarnya. “Nonton film aja yuk.”
Farhan mengajak Maria ke depan televisi, ia menyuruh Maria untuk duduk terlebih dahulu, dan Farhan pergi meninggalkan Maria sejenak untuk mengambil beberapa camilan.
“Kak, itu punya Shelly.” Maria melihat makanan yang dibawa oleh Farhan dan mengenal pemilik makanan tersebut. Pasalnya, Shelly bisa saja merajuk saat menyadari makanannya telah diambil seseorang.
“Gapapa, besok beli lagi.” Farhan menaruh beberapa makanan yang ia bawa ke meja.
Farhan duduk di sebelah Maria, ia mengarahkan kepala Maria agar bersandar pada pundaknya. “Sini, biar enak nontonnya.”
Farhan mengambil remote televisi dan mulai memencet tombol demi tombol untuk memutar film yang diinginkan. Setelah menemukan film yang diinginkan, Farhan menyandarkan punggungnya pada kursi, ia pula ikut menyandarkan kepalanya pada kepala Maria.
Tangan Farhan merengkuh pelan pinggang Maria, membuat Maria merasakan rasa setrum singkat pada tubuhnya.
Maria memainkan jemari milik Farhan yang berada di pinggangnya. “Kak, aku kesel deh sama Icha.”
“Emang dia ngapain?” Farhan melirik ke bawah, melihat apa yang sedang dilakukan kekasihnya.
“Minggu depan Icha sama Yadi nikah, dan aku ngga dikasih tau mereka sama sekali.” Maria mencubit kecil tangan Farhan, menyalurkan kekesalannya.
“Serius?” Farhan pula sama terkejutnya dengan Maria saat diberi tahu jika pekan depan Yadi dan Icha akan menikah.
Maria mengangguk. “Serius, makanya aku kesel banget. Masa acara penting kaya gini, aku ngga dikasih tau.”
“Mungkin mereka mau kasih surprise.” Dengan cepat Maria langsung membantah ucapan Farhan, “Surprise apaan kaya gini.”
“Bibirnya biasa aja dong, ngga usah maju-maju gitu. Gemes deh.” Farhan mencubit singkat hidung Maria. “Udah, keselnya udahan. Besok mending kita cari kado buat mereka.”
Maria mengangguk lalu memposisikan dirinya untuk sepenuhnya bersandar ke tubuh Farhan. Membuat Farhan tambah leluasa merengkuh tubuh kecil di sebelahnya.
“Mar, mau outdoor atau indoor?” tanya Farhan karena tiba-tiba saja memikirkan tentang pernikahannya.
“Kalau upacaranya indoor, terus resepsinya outdoor bisa ngga sih?” Maria ingin begitu dalam pernikahannya.
“Bisa, mau gitu aja?” Maria langsung mengangguk dengan semangat. “Iya Kak, gitu aja.”
“Kamu mau konsep foto prewedding-nya gimana?” Maria diam mencoba memikirkan serta membayangkan tentang konsep foto prewedding yang akan mereka gunakan.
“Kakak maunya kayak gimana?” Maria bingung, jadi ia serahkan saja pada Farhan.
“Kalau semisal kita kita ambil konsepnya simpel aja gimana? Bajunya ngga usah aneh-aneh, terus di dalem studio aja.” Maria mengangguk-angguk mendengar jawaban Farhan. “Ya udah, gitu aja, Kak.”
Pada dasarnya Farhan dan Maria adalah pribadi yang tidak ribet, jadi rencana seperti ini mereka tak butuh waktu lama untuk memikirkannya.
Sekarang keduanya fokus dengan film yang diputar, sesekali pula memakan camilan di depan mereka.
“Gimana filmnya, Mar? Bagus ngga menurut kamu?” Film sudah habis diputar, Farhan menanyakan pendapat Maria tentang film tadi.
Cukup lama Farhan menunggu jawaban Maria, tetapi tak diimbuhi apapun oleh Maria. Farhan menolehkan kepalanya melihat Maria, rupanya gadis itu sudah terlelap.
Farhan tertawa pelan, merasa gemas dengan Maria. Bagi Farhan, wajah Maria saat tertidur pulas sangatlah lucu.
Tangan Farhan meraih remote televisi dan memencet tombol off. Ia mulai mengangkat Maria, tetapi Maria menyadari adanya pergerakan, Maria pun langsung merasakan gelisah.
“Gapapa, ini aku, gapapa.” Farhan mengelus pundak Maria untuk menenangkannya.
Setelah Maria kembali tenang, Farhan mulai menggendongnya dan membawanya ke kamar. Farhan menidurkan Maria pada ranjang, ia tarik pula selimut untuk menyelimuti Maria.
Farhan berikan kecupan singkat pada dahi Maria dan mengucapkan selamat malam. Lantas setelah itu ia pergi keluar dari kamar Maria dan pergi menuju kamarnya sendiri.