Pelukan Singkat
Farhan merasa sangat membutuhkan peluk dari Maria. Entah mengapa rasanya sangat ingin bertemu Maria.
Apalagi setelah mengetahui perjanjian yang dibuat Maria dan papahnya.
Tidak butuh waktu lama Farhan untuk menghampiri Maria, kini Farhan sudah berdiri di depan rumah Maria.
Farhan mengetuk pintu rumah Maria. Begitu Maria membukakan pintu untuk Farhan, Farhan langsung memeluk Maria dengan erat.
“Kak?” Maria tak menyangka jika dirinya akan langsung didekap Farhan.
“Di sini aja bentar, Mar. Kalo di dalem takut Shelly lihat.” Maria mengangguk lalu membalas pelukan Farhan.
Lima menit berlalu, ketika sudah dirasa cukup, Farhan melepaskan dekapannya. Farhan menatap dalam mata Maria, memandangi segala inci wajah Maria.
Maria memalingkan pandangannya, ia tak ingin menatap mata Farhan. Bagi Maria, tatapan Farhan adalah senjata tajam yang bisa membuat Maria terlena.
“Mar, pamit sama Shelly dulu gih. Tadi aku janji sama dia kalo mau beliin roti bakar, tapi sama kamu.” Maria mengangguk dan membalikan badannya lalu masuk ke rumah.
“Pake jaketnya, Mar, dingin.” Farhan sedikit berteriak agar Maria mendengar suaranya.
Setelah Maria berpamitan ke Shelly, dirinya langsung keluar menemui Farhan. Ia juga sudah memakai jaket, sesuai dengan perintah Farhan.
“Jalan kaya biasanya aja, ya?” tanya Farhan yang mulai menggenggam tangan Maria.
“Iya, cuma diujung jalan doang.”
Farhan berjalan di samping kiri Maria, sesekali Farhan menatap Maria dengan tatapan yang selama ini membuat Maria tersipu malu.
Satu motor melewati mereka, membuat tatapan Farhan terhenti menatap Maria.
Lantas Farhan justru menarik tangan Maria untuk bertukar posisi. Tidak ada pembicaraan apapun setelahnya, Farhan sibuk memandangi Maria, dan Maria yang sibuk mengontrol dirinya.