Peluk

Reza sudah terbiasa mencari peluk ketika merasa letih. Dulu, ia sering mendapat peluk dari Kiana ketika letih. Kiana selalu memeluknya sembari berkata, “You did well, Ja. Besok kalo capek lagi, bilang ke gue, gue bakal selalu ngasih peluk buat lo.”

Namun hari ini Reza tak mungkin meminta peluk pada Kiana lagi. Reza masih sadar jika dirinya sudah mempunyai wanita di hatinya.

Reza bergegas menaiki motornya dan pergi ke rumah Angel. Rumah Angel berada tepat di samping rumah Kiana.

Sesampainya Reza di sana, ternyata dirinya sudah disambut oleh Angel. Angel berdiri di luar pagar rumahnya, ia menunggu kehadiran Reza dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.

Reza menghentikan motornya tak jauh dari letak Angel berdiri. Sudah merasa tak sabar, Reza langsung menghampiri Angel dan memeluknya dengan sangat erat.

“Santai dong, Za, aku ga kemana-mana.” Angel mengelus punggung Reza dan memeluk balik Reza.

“Capek,” adu Reza yang masih setia dengan pelukannya yang sangat erat. Dagu Reza menempel pada bahu Angel, ia menjatuhkan semua bebannya kepada sang kekasih.

“Iya, mana yang capek? sini aku pijetin.”

“Ga perlu, kaya gini aja lima menit, nanti ilang sendiri capeknya.” Angel mengangguk serta terus mengusap punggung Reza dan sesekali mengusap rambut Reza.

Tampa disadari ada sepasang mata yang memperhatikan Reza dan Angel tak jauh dari sana. Sosok itu ialah Kiana, Kiana hendak keluar dari rumahnya untuk pergi ke minimarket, namun sialnya ia harus melihat kegiatan serta mendengar obrolan Reza dan Angel.

Kiana tersenyum pahit, hatinya sakit melihat orang yang ia sayang kini sedang bermesraan dengan wanitanya.

“Masih sama, masih suka minta peluk kalo lagi capek,” batin Kiana dengan dada yang sesak.

Sudah tak kuat, Kiana memutuskan kembali masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan pasangan di dekatnya untuk menikmati waktu mereka.

Benar kata Reza, setelah lima menit, Reza melepaskan pelukannya. Reza tersenyum dan menatap Angel, “Makasih, ya.”

Reza tak ingin berlama-lama, sebab dirinya masih harus menyelesaikan belajarnya untuk besok. Reza segera berpamitan kepada Angel untuk pulang.

“Kenapa rasanya beda? hangat, tapi ga sehangat biasanya. Kenapa rasa capek gue ga hilang?” Pikiran Reza berkecamuk saat perjalanan pulang.