Ngambek

“Mah, aku tinggal ke dalem dulu, ya. Kak Farhan ngambek nih.” Maria bangkit dari duduknya.

“Iya, Mar. Shelly suruh keluar dulu aja, biar main sama Mamah.” Maria membalas ucapan Mamah Farhan dengan acungan jempol.

Maria mak ke kamarnya dan melihat Farhan yang bermain bersama dengan Shelly namun tetap cemberut.

Maria mendekat dan berbisik ke Shelly, “Shelly keluar dulu gih, Kakak mau ngobrol bentar sama Kak Farhan.” Shelly mengangguk dan segera keluar dari kamar.

Farhan mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tak melihat Maria, tangannya ditekuk di depan dada.

Maria mendekati Farhan, duduk di sampingnya. “Kak?”

Farhan tak merespon, ia masih kesal dengan jawaban Maria tadi saat mengobrol bersama mamahnya. Farhan tau dirinya ini kekanak-kanakan namun pikirnya tak apa jika hanya sesekali saja.

“Kak Farhan,' panggil Maria lagi.

“Hm.” Farhan hanya membalas dengan deheman saja.

Maria gemas dengan tingkah Farhan, maka ia mencubit pelan hidung Farhan. “Kalo ditanya itu dijawab, Kak.”

Farhan menepis tangan Maria, “Apa sih?”

“Aku tadi bercanda, Kak. Aku ga terpaksa sama kamu, Kak.”

Mendengar hal itu, Farhan langsung menatap Maria, “Serius?”

Maria mengangguk, “Iya.”

“Terus emang alasan kamu neria aku apa, Mar?”

“Kenapa, ya? Aku juga ga tau, Kak. Mungkin karna itu orangnya kamu, Kak. Ga ada alasan lain lagi, kalo bukan kamu, aku ga bakal terima orang itu. “

“Masa?” Farhan tak percaya akan jawaban dari Maria.

“Iya, Kak.”

“Alasan kamu terlalu pasaran, Mar, coba sebutin alasan lain selain itu.”

“Kamu itu orangnya baik, Kak, kamu sayang aku sama Shelly. Kamu bisa nerima kekurangan aku, kamu ga malu punya cewek kaya aku.” Sasana mendadak menjadi serius, yang biasanya diisi canda tawa, kini justru tak ada tawa satupun.

“kenapa aku harus malu? Aku justru bangga punya cewek kaya kamu, Mar. Ga semua orang sekuat kamu, mungkin kalau aku yang ada di posisi kamu, aku ga bakal kuat, Mar, tapi kamu kuat banget bisa bertahan sejauh ini. Setip orang pasti punya kekurangan, Mar. Aku juga pastinya punya kekurangan, cuman tergantung kita aja, kita bisa menutupi kekurangan itu atau engga.”

farhan menarik nafasnya, “Aku ngerasa jadi laki-laki paling beruntung karena bisa milikin kamu. Aku laki-laki paling beruntung karena bisa dicintai sama kamu.”

“Kak udah ah, ga mau mellow-mellow gini, ga cocok, Kak.”