Minta Suapin
Kiana menyuruh Reza untuk berhenti di supermarket sebentar untuk belanja bahan masakan yang akan dibuat Kiana.
Belanja kali ini Reza tidak rewel seperti biasanya karena ia sudah sangat membayangkan rasa ayam goreng buatan Kiana yang menjadi favoritnya.
Kiana pun lega karena Reza tak merengek untuk meminta ini itu, jadi belanja kali ini bisa selesai dengan cepat.
Sesampainya di rumah, Kiana langsung menyuruh Reza mengganti seragamnya menggunakan pakaian santai.
Kiana mulai memasak sesuai dengan request dari Reza. Ayam goreng yang kering dengan sambal bawang yang pedas dan asin, serta sayur orak arik buncis.
“Ja, ambil nasi dulu gih, biar dingin dulu sambil nunggu ayamnya,” pinta Kiana pada Reza.
Reza pun mengangguk dan berjalan menuju rice cooker di dekat kulkas, dan mengambil nasi yang lumayan banyak, tidak seperti porsi Reza biasanya.
“Banyak banget? emang habis?” tanya Kiana melihat banyaknya nasi yang diambil oleh Reza.
“Kan nanti bareng lu.” Kiana termenung sebentar mendengar tuturan Reza.
“Gue mau disuapin lu,” lanjut Reza kembali.
Tak terlalu menghiraukan perkataan Reza, Kiana masih fokus pada masakannya. Tak berselang lama pun aroma ayam sudah mulai tercium, membuat perut Reza semakin merasa lapar.
Bunyi kompor yang dimatikan pun terdengar, pertanda bahwa kegiatan masaknya sudah selesai.
Pandangan yang tak beralih ke manapun selalu memperhatikan gerak gerik Kiana sejak tadi.
Kiana membalikan badannya dan menghampiri Reza dengan membawa sebuah piring yang berisi beberapa potong ayam diatasnya, dan tangan sebelahnya yang membawa sebuah mangkok kecil berisi sambal yang diminta Reza.
Yang awalnya dipandang adalah tubuh Kiana kini sudah beralih pada piring yang berisikan ayam.
“Buruan Na,” pinta Reza.
“Iya, ini makan, gue ambil nasi dulu.” Kiana melangkahkan kakinya menuju arah rice cooker untuk mengambil nasi, namun tangannya terlanjur ditahan Reza.
“Suapin.” “Makan berdua.”
“Iya, nanti gue suapin, gue ambil nasi buat gue dulu.”
“Makan sama gue, sekalian aja kenapa sih? kan lo juga jadi ga nyuci piring banyak.” Kiana menyerah, sebanyak apapun ia menjawab perkataan Reza tetap saja ia akan kalah.
Kiana duduk pada kursi yang berada di samping Reza, mengambil satu buah ayam dan satu sendok sambal.
“Pake tangan aja mau? ayam kalo pake sendok ribet soalnya,” tanya Kiana yang hanya dibalas anggukan oleh Reza.
Tangan Kiana mulai mengambil sebagian daging dari ayam yang ada pada nasinya dengan sekumpulan sambal, lalu ia suapkan nasi ayam sambal itu pada mulut Reza.
Tidak Kiana sadari ketika ia menyuapi nasi ke Reza, mulutnya ikut terbuka seperti mengucapkan “Aaaa”.
Reza dengan lahap menerima suapan pada mulutnya dan menikmati masakan Kiana.
Kiana kembali mengambil suapan yang sama seperti tadi, namun kali ini ia suapkan pada dirinya sendiri.
Merasa mulutnya sudah bersih kembali, Reza lalu membuka mulutnya untuk meminta kembali suapan nasi dari Kiana.
Sungguh Reza sekarang seperti anak kecil yang sangat kelaparan.
“Uhuk-uhuk,” Reza tersedak karena terburu-buru.
“pis-pis makanya pelan-pelan aja, Ja, gue juga ga buru-buru kok nyuapinnya. Ga ada yang mau ambil makanan lo juga, Ja. Nih minum dulu.” Kiana memberikan segelas air untuk Reza, yang langsung diteguk Reza.
Bukannya menjawab ucapan Kiana, Reza justru kembali membuka mulutnya meminta makan kembali.
Kiana mengambil kembali nasi dengan ayam lalu ia arahkan ke mulut Reza yang sudah terbuka lebar, namun begitu mendekati mulut Reza, Kiana langsung mengalihkan arah suapan itu pada mulutnya sendiri, lalu tertawa melihat reaksi kecewa Reza.