Malu
Farhan berjalan menuju gedung teknik, ia berniat menunggu Maria keluar dari kelasnya. Membaca pesan dari Maria jika kelasnya masih ada tiga puluh menit, Farhan pun duduk pada sebuah bangku yang berada di lobby gedung.
Farhan menggenggam ponselnya, ia membuka permainan pada ponselnya agara tidak bosan saat menunggu Maria.
Keasikan bermain, Farhan tidak sadar jika dirinya sudah bermain cukup lama. Farhan tersadar ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya.
“Kak?” Yang menepuk pundak Farhan ialah Maria.
“Loh? udah selesai?” Tatapan Farhan yang semulanya fokus pada ponsel kini beralih pada Maria.
Maria duduk di samping Farhan lalu mengangguk, “Udah Kak, Kakak sih fokus main hp mulu.”
“Hehehe, iya, sorry, ya?” Farhan memasukan ponselnya ke saku celananya lalu menggenggam tangan Maria.
“Iya, kak, gapapa.” Maria tersenyum ke arah Farhan.
Farhan menatap seluruh inci wajah Maria. Mata, hidung, pipi, bibir, semuanya ia amati baik-baik.
“Kamu belum makan, ya?” tanya Farhan tiba-tiba.
“Iya, belum, ga sempet soalnya.”
“Yaudah, ayo makan dulu.” Farhan menarik tangan Maria lalu mengajaknya ke kantin.
Sesampainya di kantin, Farhan langsung memesan dua porsi ayam goreng dan duduk persis di depan Maria.
“Ini, Mas, Mbak, ayamnya.” Seorang wanita menghampiri mereka dan memberikan pesanan yang Farhan pesan tadi.
Maria tersenyum ke arah wanita tadi, “Makasih, Mbak.”
Wanita tadi pun meninggalkan mereka. Maria mengambil satu piring dari atas nampan dan menaruhnya di hadapan Farhan, lalu ia mengambil makanannya sendiri.
“Ayo makan, Kak.” Farhan hanya mengangguk saja, dan mulai memakan makanannya.
Farhan terlebih dahulu selesai makan, membuatnya menunggu Maria yang masih menikmati makanannya.
Farhan menaruh tangannya di meja, sikunya menempel pada meja, lalu jemarinya saling menggenggam dan menumpu dagunya.
Memperhatikan satu per satu suapan yang masuk pada mulut Maria, memperhatikan mata Maria dengan lekat.
Netra keduanya beradu, membuat Maria kembali melanjutkan makannya yang perlahan membuat pipinya berwarna merah. Hanya hal sederhana, namun membuat Maria salah tingkah.
Maria mengambil tulang ayamnya dan memakannya, rupanya ia salah mengambil, harusnya ia mengambil daging ayam yang berada di sebelah tulang tersebut.
“Cuma dilihatin doang, kok sampe salah tingkah gitu?” Farhan terkekeh melihat Maria.
Pipi Maria semakin merah, ia terburu-buru menghabiskan makanannya. “Uhukk-uhukk.” Maria tersedak, Farhan pun langsung mengarahkan air minum kepada Maria.
“Minum dulu, pelan-pelan aja, aku liatin kamu bukan mau minta, ga akan ada yang mau ngambil.”
Maria menerima gelas dari Farhan, lalu meneguk air di dalamnya, ia berbatin pula, “Duh Kak, bukan masalah mau diminta atau engga, aku malu.”