Long Time No See
“Lepasin!” berontak seseorang yang sedang dibawa paksa oleh dua orang suruhan Langga.
Tepat saat rungunya merangsang suara dari seseorang yang sudah ia tunggu, ia memalingkan badannya lalu memberi perintah agar dua orang suruhannya melepas mangsanya.
“Hebat, sekarang udah jadi direktur perusahaan besar.” Lingga menepuk kedua telapak tangannya memberi selamat.
“Lo siapa?” tanya orang itu yang berjalan mundur ke belakang dengan pelan.
“Nggak usah mundur-mundur gitu dong, sini kita kenalan, lagi.” Langga mendekat ke arah mangsanya, tangannya menjabat tangan mangsanya.
“Kita kenalan lagi, ya, Hendrick. Kenalin, gue Langga, orang yang dulu lo bully bareng-bareng sama temen-temen sampah lo.” Langga mencengkeram kuat tangan Hendrick.
“Argh, lepas, lepas!” Hendrick berusaha menarik tangannya dari cengkeraman Langga, tetapi sia-sia, tangannya masih dicengkeram dengan amat kuat.
Langga lepas cengkeramannya, membiarkan Hendrick mengusap telapak tangannya yang sudah merah. “Oke, dari mana gue mulainya?” tanya Langga pada dirinya sendiri.
Hendrick semakin takut dengan sikap Langga, suara berat Langga membuat seluruh bulu tubuhnya naik. Langkahnya semakin besar untuk mundur menjauh dari Langga.
“Please, jangan apa-apain gue, gue mohon sama lo. Gue bakal kasih lo uang berapapun, asal lo jangan apa-apain gue.” Kedua tangan Hendrick terbuka membentengi dirinya sendiri dari Langga yang mulai mendekat ke arahnya.
Langga berlari ke arah Hendrick, ia tendang dada Hendrick dengan amat sangat kencang sehingga Hendrick tersungkur membentur dinding ruangan tersebut. “LO PIKIR SEMUA INI SELESAI DENGAN UANG AJA?! NGGAK, HENDRICK!” Langga berteriak tepat di depan muka Hendrick.
Ia tarik kerah baju Hendrick dengan kasar, memaksa Hendrick untuk berdiri agar ia leluasa memberikan banyak tendangan pada tubuh Hendrick.
Bugh! Bugh! Bugh!
“Kayak gini 'kan dulu cara lo sama temen-temen lo bully gue di gudang sekolah?” ucap Langga dengan menendang seluruh tubuh Hendrick tanpa ampun.
Langga tarik ikatan dasi pada leher Hendrick semakin keras. Membuat Hendrick memukul tangan Langga akan melepaskan ikatan yang begitu menyakitkan baginya.
Seolah-olah ingin memainkan kematian Hendrick, Langga longgarkan kembali dasi Hendrick ketika Hendrick baru saja akan kehilangan kesadarannya karena kehabisan oksigen.
Satu tendangan melayang kembali di perut Hendrick, ia tersungkur tak berdaya ke lantai. Hendrick sedang mengatur napasnya kembali, tetapi Langga melayangkan satu pukulan ke kepala Hendrick.
Suara benturan antara tulang kepala dengan lantai yang dingin terdengar nyaring di gudang besar ini. Pandangan Hendrick memudar, tak kuasa lagi ia menahan segala siksaan yang Langga berikan.
“Kayak gitu 'kan dulu waktu lo seenaknya mukul kepala gue?”
“Bangun lo! Nggak ada yang suruh lo tiduran kayak gitu!” Langga menarik kerah Hendrick agar bangun dalam posisi duduknya kembali.
“Mana muka yang dulu senyum paling lebar waktu lihat gue nggak berdaya?!” Langga menggenggam kuat dagu Hendrick, mengarahkan wajah Hendrick agar menatapnya.
Mata sayu Hendrick masih berusaha terbuka, mencoba menatap Langga yang sangat tersulut emosi.
“Coba tunjukin lagi muka lo kayak waktu itu. Nggak bisa? Lemah!” Langga meludahi wajah tak berdaya Hendrick. Habis sudah harga diri Hendrick, dirinya bahkan sudah tak bisa melawan apa pun.
“Langsung bunuh gue Lang, gue mohon.” Bahkan Hendrick sendiri memohon atas kematiannya, ia sudah tidak kuat dipermainkan seperti ini.
Langga tertawa lepas, bahagianya ia melihat seseorang yang tengah memohon untuk kematiannya sendiri. Ia menggeleng, rasanya masih kurang puas berlaku seperti itu kepada Hendrick.
“Belum Hendrick, belum waktunya lo mati.” Langga mengeluarkan sebuah pisau kecil yang persis seperti milik Diospiros.
Genggaman tangan yang menggenggam sebuah pisau terarahkan menuju lengan tangan milik Hendrick. Tangan itu dengan ringan menempelkan serta menekan pisau pada lengan Hendrick dan menariknya cepat.
Hendrick menangisi kematiannya, ia terus memohon kepada Langga agar menghentikan penderitaannya. Namun, Langga tetaplah Langga, jika ia belum puas, maka ia tidak akan membunuh mangsanya begitu saja.
Langga pergi menjauh dari Hendrick, ia menuju ke sebuah almari di sudut ruangan. Almari yang berisi berbagai macam benda tajam, ia memilih salah satu pedang tajam yang berada di sana.
Sudah mulai puas, ia memutuskan untuk segera mengakhiri hidup Hendrick. Langga mendekati Hendrick dan dengan cepat menebas pedangnya tepat pada leher Hendrick.
Dengan santai, Langga menjambak rambut kepala Hendrick yang sudah terpisah dari badannya untuk ia bawa pergi.
Hari ini penantiannya yang cukup panjang tidak sia-sia. Hari ini ia dapat membalaskan segala rasa dendamnya pada Hendrick.
Gue cuma mau lo ngerasain apa yang dulu gue rasain. – Langga