Kecuali Aku
Nata merasa pujaan hatinya beberapa hari ini tidak beres. Nata memutuskan untuk mendatangi kos, tempat kekasihnya tinggal.
Tak butuh waktu yang lama untuk Nata sampai di tujuannya. Nata langsung melangkahkan kakinya menuju satu kamar yang sudah sering ia datangi.
Nata mengetuk pintu kamar itu pelan, hingga kenop pintu itu bergerak dan pintu terbuka, menampilkan sosok gadis cantik yang sangat ia sayangi.
“Kamu ngapain? sini masuk dulu,” suruh Hanna meminta Nata untuk masuk.
Nata pun melangkahkan kakinya masuk ke ruangan dengan nuansa biru di dalamnya. Biru, warna kesukaan Hanna.
“Bawa apa tuh?” tanya Hanna melihat kantong plastik di tangan Nata.
“Martabak manis, ayo makan,” ajak Nata.
“Aku kenyang, kamu aja yang makan.”
“Kamu kenapa sih? kamu aneh banget loh.” Nata duduk pada kursi kecil yang terdapat di sana.
Hanna masih diam berdiri dan tak berani menatap mata Nata.
“Duduk sini, cerita sama aku, jangan diem terus. Kalo kamu diem, aku mana tau, aku bukan peramal yang bisa tau isi hati sama pikiran kamu.” Nata menepuk bangku kosong di sebelahnya.
Hanna mengangguk dan duduk di sebelah Nata, lalu ia mulai bersuara, “Aku ga pede.”
Alis Nata menekuk, tanda dirinya bingung dengan ucapan Hanna.
“Kenapa?” tanya langsung Nata pada Hanna.
“Sekitar seminggu lalu, temen aku bilang, kalo aku ga bisa rawat diri sendiri. Dia bilang aku ga bisa jaga wajah aku, dia juga bilang kalo aku ga bisa jaga pola makanku. Katanya aku jerawatan, aku gendut, aku jelek, dia bilang juga aku ga pantes punya pacar kaya kamu.” Tangan Hanna sedikit bergetar saat mengucapkan semua hal yang ia tutupi beberapa hari ini dari Nata.
“Jauhin dia.”
“Ha?”
“Jauhin dia Hanna, kata siapa kamu jelek? kamu cantik, kamu yang paling cantik. Jerawatan itu wajar Hanna, semua pasti ada masanya mereka akan tumbuh jerawat. Pola makan kamu udah teratur, biarin dia bilang kamu gendut atau gimana. Mungkin kamu emang gendut, tapi emang kenapa? emang dia yang ngasih kamu makan? dia yang biayain hidup kamu? engga kan?” Kini Nata menatap gadis di sebelahnya yang masih tertunduk.
“Lihat aku Hanna, jangan nunduk gitu, angkat kepalanya.” Hanna mulai memberanikan dirinya untuk menatap mata Nata.
“Kalo aku gendut, aku jerawatan, kamu ga malu punya pacar aku?”
“Kalo udah cinta, aku bakal nerima semua itu Hanna. Kamu bakal selalu cantik di mata aku.” Nata terus meyakinkan Hanna untuk kembali percaya diri.
“Tapi itu semua bohong, semua laki-laki tetep bakal mandang perempuan dari fisiknya.”
“Kecuali aku. It's oke kalo emang kamu mau pake masker, diet, atau apalah itu. Tapi, jangan siksa diri kamu sendiri, kamu ga perlu pake masker sama diet juga ga masalah kok.
Kamu diet terlalu keras, kamu lewatin sarapan sama makan siang kamu buat diet. Terus kamu baru makan malem, dan cuma makan buah. Aku ga mau punya pacar yang nyakitin dirinya sendiri demi omongan orang lain.
Dari mana kamu bisa nyimpulin kalo kamu ga pantas jadi pacarku? kalo kamu ga pantas, udah dari dulu tuhan pisahin kita. Kalo kamu ga pantas buat aku, tandanya aku juga ga pantas buat kamu.
Emang banyak laki-laki di luar sana yang beranggapan kalau cantik dan kurus itu nomor satu, tapi itu engga buat aku. Kamu tau ga, kenapa aku bisa jatuh cinta sama kamu?” Hanna menggeleng, menjawab pertanyaan Nata.
“Karna kamu bisa nerima aku apa adanya, karna diri kamu yang bisa aku jadiin tempat pulang, karna diri kamu bisa aku peluk disaat aku mau ngadu tentang kejamnya dunia. Kamu cantik, cantik hatinya, cantik juga mukanya. Masa kurus kering kaya gini disuruh diet lagi? temen kamu aneh, dia harus priksa mata.”
“Tapi—”
“Ga ada tapi-tapi, udah ayo makan ini, aku udah nunggu lama buat ini, masa ga dimakan?”
“Iya-iya dimakan, tapi boleh kan diet?”
“Boleh, diet sehat ya, bukan diet maksa.”
“Oke!”
Memang pada awalnya laki-laki akan mencari wanita yang punya fisik seperti yang dia harapkan. Namun pada akhirnya, laki-laki akan jatuh pada wanita yang bisa membuatnya nyaman. Wanita yang bisa memberinya pelukan hangat, memberinya rumah nyaman, dan bisa diajak untuk bahagia bersama.
Wanita dengan fisik apapun itu pada akhirnya akan tetap mendapatkan lelaki yang menatapnya seolah menatap bidadari yang sangat cantik.
Jika benar-benar cinta dari hati, maka apapun itu alasan yang kemungkinan memisahkan mereka, hal itu tidak akan pernah terjadi.
Jatuh cinta paling bahagia disaat kita bisa saling mencintai dengan seseorang tanpa harus memikirkan fisik.