Janji Suci

Di sisi lain, Maria mulai membuka matanya. Kepalanya terasa begitu amat sakit, seperti ada yang sedang memukuli kepalanya.

Perawat dan dokter yang berada di sekitar Maria pun menjelaskan mengapa Maria berada di sini. Maria memohon pada dokter agar ia bisa bertemu dengan keluarganya sebentar.

Atas izin dari dokter, Farhan dapat masuk ke ruangan Maria untuk menemui Maria. “Mar, kamu ngga kenapa-kenapa, kan? Habis ini kamu mau kan untuk operasi? Kondisi kamu bakal lebih bahaya kalo ngga operasi. Mau ya?” Tangan Farhan menggenggam erat tangan Maria.

“Separah itu ya Kak?” Farhan mengangguk menjawab Maria. “Iya, Kak. Aku gapapa untuk operasi, tapi aku boleh minta sesuatu?”

Farhan mengerutkan dahinya. “Minta apa?”

“Aku minta kita udah sah jadi suami istri sebelum aku operasi.” Maria mengatakan hal itu sembari sesekali merintih sakit pada kepalanya.

“Kita ulang pernikahan kita setelah kamu sembuh ya? Sekarang fokus sama kesembuhan kamu, jangan mikirin yang lain dulu.” Farhan ingin Maria untuk memikirkan kondisinya terlebih dahulu.

“Kata Kakak, pernikahan kita bisa jadi mudah, kan? Kalau gitu, panggil Pendeta dan kita ucap janji di sini. Kakak buktiin omongan Kakak kemarin.” Semua perkataan Farhan untuk menunda pernikahannya sama sekali tidak dituruti Maria.

Maria hanya ingin menjadi istri Farhan sebelum ia menjalani operasi. Farhan berupaya untuk terus menolak Maria. Namun, rintihan terakhir Maria membuat Farhan memutuskan untuk menuruti permintaan Maria.

Maria menolak melakukan operasi jika ia belum menjadi istri Farhan. Mengulurkan waktu lebih banyak pula tak baik untuk kondisi Maria.

Berakhir Farhan meminta izin atas dokter untuk menghadiri Pendeta dan beberapa saksi untuknya dan Maria mengucap janji suci. Dokter menolak permintaan itu, tetapi Farhan tak henti-hentinya memohon pada dokter.

Farhan sampai berlutut di depan dokter agar memberikan izin dan dapat membuat Maria dengan segera dilakukan tindakan operasi. Dengan perasaan tidak tega, dokter akhirnya memberi izin pada mereka untuk melakukan janji sakral di rumah sakit.

Farhan selalu membuktikan ucapannya, hadirnya Pendeta dan para saksi dapat dengan cepat dihadirkan oleh Farhan. Ruangan rawat Maria menjadi tempat di mana mereka akan mengucapkan janji sakral.

Farhan menangis dalam mengucapkan janji pernikahannya diselingi suara Maria yang sangat lemah. Tidak butuh waktu cukup lama, kini mereka sudah menjadi sepasang suami istri.

Para saksi yang menyaksikan menjatuhkan air mata mereka karena haru. Air mata yang tidak bisa mereka tahan lagi pun tumpah ruah saat Farhan mendekat ke Maria dan mengecup singkat dahi Maria.

“Suami aku cengeng,” ucap Maria dengan selingan tawa kecil. Bagaimana bisa dalam kondisi seperti ini Maria masih bisa menunjukan senyumnya?

Farhan diam dalam tangisnya, ia tak kuasa melihat kondisi wanitanya saat ini. Hingga saat rintihan Maria menahan sakit terdengar kembali, Farhan langsung mengangkat kepalanya dan menyuruh dokter untuk segera melakukan operasi.

“Dok, ayo dok, segera lakukan operasi. Saya mohon jangan buat istri saya merasakan sakit lebih lama. Dok, buat istri saya sembuh dan tidak merasakan sakit lagi.” Farhan menatap dokter yang berada tak jauh darinya.

Matanya kembali fokus ke Maria, Farhan merasakan sakit luar biasa ketika melihat senyum Maria. “Mar, aku mohon sama kamu buat tetep kuat, ya? Habis ini kita bangun keluarga kita, kita wujudin satu per satu mimpi kita dari dulu, oke?”