Hampir Telat
Motor Reza berhenti di depan rumah dengan nuansa abu-abu. Reza bergegas membuka pagar rumah itu dan memasukan motornya pada halaman rumah. Reza membuka ponselnya, mengecek apakah Kiana sudah membalas pesannya atau belum.
Belum ada balasan, membuat Reza yakin jika Kiana masih ada dalam alam mimpi. Reza mencari kunci rumah Kiana pada kantong jaketnya. Reza mempunyai kunci cadangan dari rumah Kiana karena Kiana sudah sering seperti ini, mau tak mau Reza yang harus membangunkan Kiana secara langsung.
Reza membuka pintu rumah itu dan mulai berjalan pelan, nuansa dalam rumah Kiana sepi, tak ada seorang pun di dalamnya. Dengan penerangan yang redup, Reza berjalan menuju kamar Kiana. Sesampainya di depan pintu kamar Kiana, Reza menggenggam kenop pintunya dan masuk ke dalam kamar Kiana.
Reza mendapati Kiana yang masih pulas tertidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Reza mendekat dan membuka selimut yang menutupi wajah Kiana.
“Kebo, bangun dulu, udah jam setengah tujuh, njir.” Reza menepuk pipi Kiana dan sesekali menggoyangkan tubuh Kiana.
Apakah Kiana bangun? tidak, Kiana masih tetap berada dalam alam mimpinya. Reza melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada tak jauh dari kasur Kiana. Reza mengambil gayung dengan berisikan sedikit air di dalamnya.
Reza kembali mendekat pada Kiana. Ia masukan tangannya ke dalam air lalu ia cipratkan air itu tepat di wajah Kiana. Membuat Kiana tersontak membuka kedua matanya dan berteriak, “APA INI?”
“ANJIR, EJA ANJING, LO APA-APAAN SIH!?” Kiana mengomel pada Reza yang membangunkannya dengan cara ini.
“Makanya, kalo dibangunin tu bangun.” Reza kembali menyipratkan air pada wajah Kiana yang terlihat ingin menutup matanya kembali.
“IYA IH! GA USAH LO CIPRATIN LAGI, DINGIN!” Reza hanya tertawa melihat sahabatnya kini emosi.
“Buruan mandi, nanti mampir alfajuli beli roti buat sarapan.” Reza keluar dari kamar Kiana dan menutup pintu kamar Kiana.
Reza kembali berteriak, “JANGAN TIDUR LAGI!”
“IYA, BAWEL.” Kiana berteriak balik dari dalam kamarnya.
Sudah lima belas menit Reza menunggu, sudah lima belas menit pula Reza mendengar banyak kegaduhan dari kamar Kiana.
“Lo ngapain sih? berisik banget.”
“Bawel banget sih, ini gue buru-buru.”
Reza diam dan kembali menunggu, hingga tak lama kemudian Kiana keluar dari kamarnya lalu menghampiri Reza.
“Ayo!” Kiana menarik tangan Reza dan mengajaknya keluar.
“Lo lelet banget sih? udah tau mau telat, masih aja nyantai,” omel Kiana pada Reza.
Reza naik pada motornya, lalu memakai helmnya. Reza mengambil helm lain lalu langsung memakaikannya ke Kiana.
“Naik buruan.”
Kiana naik pada motor Reza, Reza menarik tangan Kiana lalu menaruhnya dalam kantong jaketnya. Membuat Kiana seolah-olah sedang memeluknya.