Gemes

Saat Kiana bilang jika dirinya sehabis dari ATM, Reza melihat tanggal, dan ia paham jika saat tanggal segini ayah Kiana akan mengirimkan sejumlah uang untuk Kiana.

Karena itu Reza meminta Kiana mengirimkan foto dirinya saat itu. Benar dugaan Reza, Kiana seperti habis menangis.

Reza masuk ke dalam garasi rumahnya, ia memutuskan untuk menggunakan mobil yang ada di sana karena melihat kondisi cuaca yang sepertinya akan hujan.

Jalanan malam ini tidak macet sama sekali jadi Reza bisa cepat menghampiri Kiana. Reza menghentikan mobilnya tepat di depan Kiana yang duduk di tepi trotoar.

Reza keluar dan menghampiri Kiana, Kiana sadar akan hal itu pun mendongakkan kepalanya.

“Bawa mobil?” tanya Kiana menatap Reza.

“Sumpah gemes banget kalo gini,” batin Reza.

“Iya, udah mendung,” jawab Reza.

“Ayo masuk.” Reza membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Kiana untuk masuk ke dalam.

Sepanjang perjalanan Kiana hanya menatap ke luar jendela, hening tak bersuara.

“Na, lo gapapa?” Tangan Reza terulur untuk merapikan rambut Kiana yang hampir menutupi mata.

“Gapapa, gue cuma kangen sama papah mamah aja.” Kiana beralih menatap Reza.

“Bentar gue berhenti dulu.” Reza pun berhenti di tepi jalan yang tidak terlalu ramai.

“Sini cerita, nangis juga gapapa.”

“Tadi gue cuma dikabarin papah kalo dia udah ngirim uang, katanya dia masih sibuk. Terus gue cuma nge-chat mamah, dia juga kayanya sibuk sama keluarga barunya. Gue cuma kangen mereka aja, ketemu aja deh sejam udah cukup.” Reza menatap Kiana dalam.

“Wajar kok kalo lo kangen mereka, gue juga tau seberapa besar lo kangen mereka. Tapi mungkin emang saat ini mereka lagi ga ada waktu. Besok sore katanya bunda sama ayah udah mau pulang, nanti kita kumpul aja berempat, mau?” Kiana mengangguk dengan semangat.

Reza sangat gemas melihat pipi Kiana yang mengembang dengan sebuah senyum yang indah, Reza langsung mencubit pipi Kiana dan menariknya pelan.

“Aw, Ja, lepasin anjir.” Kiana memukuli tangan Reza untuk melepas cubitan itu.