Dulu Juga Sering

Disaat matahari berada tepat di atas kepala, Reza berdiri di halaman dengan banyak motor.

Reza menunggu kedatangan seseorang. Banyak temannya yang mengajak untuk pulang bersama, namun Reza menolaknya.

Suara tawa orang yang ditunggu Reza terdengar, membuat matanya mencari keberadaan sosok yang sudah ia tunggu.

Sosok dengan rambut yang dikucir, mata coklat, dan hidung yang kecil. Sosok tersebut ialah teman kecil Reza, yaitu Kiana.

Kiana berjalan bersama Naufal di sebelahnya sembari asik saling bercanda.

Tawanya pudar dan hilang ketika melihat Reza, sosok yang sedang dihindari.

Kiana berjalan melewati Reza untuk mengikuti Naufal, tangannya ditarik dipaksa berhenti, “Pulang sama gue.”

“Gue sama Kak Naufal.”

“Gue yang ngomong sama kakak lo.” Reza berjalan menghampiri Naufal yang masih sibuk mengeluarkan motornya.

“Gue anter pulang Kiana, boleh ga?” tanya Reza pada Naufal.

“Gue udah denger dari Kiana masalah lo, gue juga laki-laki, gue paham sama lo. Kalo lo beneran serius, buktiin, jangan jadi bajingan untuk ke sekian kalinya. Gue izinin lo anter pulang Kiana.”

“Gue bakal buktiin, lo tenang aja.”

Reza menghampiri Kiana dan langsung memakaikan helm pada kepala Kiana. Wajah bingung Kiana terukir jelas pada wajahnya.

“Gue yang nganter, tanya aja sama kakak lo. Jangan gitu, ntar cepet keriput.” Reza mengelus alis Kiana yang berkerut.

Kiana memutar bola matanya dengan malas, sembari tangannya sibuk mengaitkan tali helmnya.

“Gini loh.” Reza gemas melihat Kiana yang tak bisa mengaitkan tali helmnya, akhirnya ia saja yang mengaitkan.

“Gue tu bisa, cuma tadi sengaja gue lama-lamain.”

“Ga usah ngeles lo, buruan naik.” Kiana pun memegang pundak Reza dan naik ke motor.

“Udah.”

“Tangan lo mana? sini masukin jaket.”

“Dih ogah, ntar dikira yang engga-engga.”

“Lah dulu juga sering kaya gitu. Udah deh, sini tangan lo.” Reza mengambil tangan Kiana dan menaruhnya di dalam kantong jaket yang ia kenakan.