Dipaksa Dewasa
Langit malam hari ini dihiasi dengan derasnya air yang turun, membuat suhu udara ikut kian menurun.
Ada gadis cantik yang tengah meringkuk dibalik selimutnya dengan mata yang terus mengeluarkan air.
Kini dirinya sedang letih karena dipaksa dewasa oleh keadaan. Semesta beserta isinya sedang memaksanya berdiri sendiri tanpa pegangan apapun.
Tangisnya sekarang sama derasnya dengan derasnya hujan di luar, bahkan mungkin lebih deras. Yang membedakan ialah, jika di luar sana hujan diiringi dengan suara petir, namun ia menangis tanpa suara apapun.
Sudah banyak kata yang ia ucapkan untuk merutuki hidupnya yang jauh dari kata bahagia. Semua terasa jahat baginya, ia merasa semesta tak menyayanginya.
Bantalnya sudah basah karena air mata yang terus turun dari matanya. Mulutnya ia bekam dengan selimut agar isakannya tak terdengar oleh siapapun.
Gelap sedang menyelimutinya, gelap satu-satunya teman yang ia punya.
Dadanya sesak, sangat sesak. Kepalanya terasa berat dan sangat pening. Hidungnya mulai kehilangan fungsinya yang membuat ia membuka bekapan mulutnya untuk menarik oksigen.
Tangannya memeluk dirinya sendiri, berharap ada kehangatan yang dapat ia rasakan. “Tenang, tenang, tenang, jangan nangis. Semua akan baik-baik aja kok.” Ia bermonolog untuk menenangkan dirinya sendiri.
Tapi tak berselang lama, dirinya justru memukuli dada serta kepalanya. “Dasar cengeng! Lebay! Gitu aja nangis.” Bukan kalimat penenang lagi, semua berganti dengan kalimat yang menyudutkan dirinya sendiri.
Dinding kamar yang dingin, lampu kamar yang sengaja dimatikan, selimut yang sedang berusaha memberi kehangatan, bantal yang sekarang menjadi penampung air matanya, serta derasnya hujan di luar menjadi saksi betapa hancurnya gadis cantik ini.
Sepertinya kini ia membutuhkan orang untuk mendengar ceritanya, ia tak punya siapa-siapa selain dirinya sendiri untuk berbagi cerita.
Ia sekarang hanya berharap ada yang mendekapnya, ia hanya butuh pelukan. Ia tak mampu melakukan apapun selain menikmati alur yang sudah tersedia.
Menyerah? Tentu saja niat itu sudah sering terlintas di pikirannya. Namun ia tidak ingin menyerah, masih ada banyak hal yang ingin ia raih. Ia juga ingin membuktikan pada semesta jika dirinya ini berhasil bertahan sejauh itu, dan tetap menjadi sosok kuat.
Letih menangis, kini ia sudah terlelap dalam tidurnya. Ia terlelap dengan mata yang masih menyisakan air, dada yang sesak, dan isakan kecil yang terdengar.
Semoga malam ini dan seterusnya ia bisa mendapatkan mimpi indah, setidaknya ia masih punya alasan tersenyum dikala dunianya sedang diuji.
Tuhan, tolong tetap setia menemani serta mendengar cerita gadis ini. Ringankan bebannya yang dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya.
Gadis cantik, bertahanlah, memang proses mejadi dewasa sangat menyakitkan, terlebih kau dipaksa untuk dewasa sebelum waktunya. Ayo buktikan pada semesta jika kau adalah gadis yang kuat.