Cimol
“Na ayo beli bonekanya,” rengek Reza meminta untuk membeli sebuah boneka panda.
“Ga mau Ja, lo aneh, ngapain beli boneka?”
“Ya terserah gue dong.”
“Ya udah sana beli,” Mendengar itu sontak Reza bersemangat dan mengambil satu boneka yang ada pada rak.
“Tapi ga usah bikin cimol,” sambung Kiana kembali.
“Ah lo mahh.” “Bikin cimol aja, bonekanya ga jadi.”
“Nah gitu kek dari tadi.”
Reza dan Kiana pun pergi ke arah meja kasir untuk membayarkan belanjaan mereka.
Rencananya mereka akan mencoba membuat cimol, jadi mereka pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahannya.
Reza sangat bersemangat karena ia sangat menyukai cimol. Dengan langkah cepat, Reza langsung masuk ke rumah Kiana dan berjalan menuju dapur rumah itu.
“Na buruan!” panggil Reza yang sudah berada di dapur.
“Ga sabaran banget buset.”
“Ya gue mau buru-buru nyolek pipi lo pake tepung.”
“Ga usah aneh-aneh deh Ja. Awas aja lo gitu,” ancam Kiana.
Kiana mengeluarkan semua belanjaannya dari tas belanjanya, ia susun rapi di meja.
Kiana membuka ponselnya untuk melihat tutorial membuat cimol di internet.
Step by step mereka ikuti, hingga Reza melihat peluang untuk menjahili Kiana.
“Na, perhatiin deh itu resepnya.”
“Iya Ja, ini ud—” ucapan Kiana terpotong saat Reza mengoleskan sedikit tepung pada pipi Kiana.
“Eja! Kan udah gue bilang jangan gini, lu mah. Sini gantian!” Lalu mereka pun justru asik bermain tepung, lupa dengan tujuan awal mereka yang harusnya membuat cimol.
“Udah stop! Ini ga jadi-jadi cimolnya.”
“Ya udah lanjut lah.”
Kiana mulai mengaduk adonan cimolnya dan membentuk bulat-bulat.
“Gue panasin dulu ya minyaknya,” ucap Reza mendekati kompor.
“Jangan, ini katanya nanti hidupinnya, biar ga meletus.”
Kiana mulai memasukan satu per satu bulatan cimol itu ke minyak yang masih dingin. Saat sudah selesai memasukan cimol itu, Kiana langsung menghidupkan kompornya.
Ia aduk perlahan sesuai dengan instruksi dari internet.
Namun tiba-tiba ada salah satu cimol yang meletus, tak terlalu besar, namun berhasil membuat tangan Kiana terciprat minyak panas.
Melihat hal itu, Reza langsung mengambil spatula yang Kiana pegang dan menaruhnya di samping kompor.
Ia tarik tangan Kiana ke arah wastafel, ia hidupkan kran air di sana dan membasuh tangan Kiana di bawah aliran air itu.
“Kenapa sih? Lebay banget buset.”
“Lebay gimana sih? Kalo ga buru-buru diginiin nanti bisa melepuh, terus kalo sampe infeksi gimana?”
“Lo lebayyy Ejaaa.” Kiana menarik tangannya dan mencipratkan air yang ada di tangannya ke arah muka Reza.