Bertiga

Hari ini sepertinya ada tiga anak yang sangat menanti akan datangnya jam pulang sekolah.

Yap, mereka adalah Kiana, Dara, dan Gian. Mereka sangat menunggu jam pulang karena mereka tak sabar untuk pergi bersama.

Bel panjang bunyi yang bertanda sekarang sudah waktunya pulang sekolah.

“Toilet dulu kita ganti baju,” ucap Dara.

“Wehh pada mau kemana nih?” tanya Haris dengan heboh.

“Mau jalan-jalan lah,” jawab Kiana.

“Ikut sabi lah?” Kenzo bersuara.

“Eitss girls time.” Gian memajukan lidahnya mengejek Kenzo.

Dengan langkah cepat mereka bertiga buru-buru masuk ke dalam mobil Dara.

Mereka sangat tak sabar untuk mengunjungi mall yang baru buka di dekat sana, ditambah dengan info jika ada street food.

“Akhirnya sampe juga.” Kiana turun dari mobil.

“Bagus juga mall nya,” ucap Gian mengamati isi dari mall itu.

“Eh ke sana yuk!” Dara dengan semangat menarik tangan Kiana dan Gian untuk memasuki sebuah toko aksesoris.

“Ngapain?” tanya Kiana.

“Liat-liat aja dulu, sapa tau mau beli.” jawab Dara.

Para gadis itu pun menyusuri seluruh isi dari toko tersebut. Hingga Dara menemukan sebuah barang yang sepertinya memang sudah ia cari.

“Guys sini,” pinta Dara.

Dara menemukan cermin, ya hanya sebuah cermin namun seperti menemukan harta karun dengan emas yang berlimpah.

“Ki, lo pake ini deh.” Dara mengambil sebuah topi di dekat mereka dan memakaikannya pada Kiana.

“Cuss atur tempat, kita foto dulu,” ucap Dara.

“Gi lo agak majuan, jangan di belakang mulu. Lo agak turun Ki, naik amat lo.” oceh Dara menginstruksi.

“Satu.. Dua.. Tiga.. Ckrek.”

“Udah gue up di twitter, cek sendiri aja.”

“Anjir Dar gue keliatan seuprit gini doang,” protes Kiana sebab dirinya hanya terlihat sedikit.

“Bawel lu.”

“Lo yang bawel Dar, dari tadi heboh banget.” Gian menyahut.

“Dah yuk keluar aja, ga ada yang gue mau beli,” ajak Dara.

Apa alasan para gadis masuk dalam sebuah toko hanya untuk berkeliling dan memotret saja? Mereka bahkan tidak membeli satu barang pun, aneh kalau kata Reno.

“Cape beb, duduk situ dulu yuk, ngadem.” Gian melihat sebuah tempat duduk kosong dan berfikir untuk beristirahat sejenak di sana.

“Outdoor?” tanya Kiana yang dibalas anggukan oleh Gian.

“Gass!” Dara kembali menarik tangan Kiana dan Gian menuju salah satu meja di sana.

“Eh fotoin dong beb, belakang gue mantep nih,” minta Gian.

Kiana mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan pada Gian, lalu memotretnya.

“Udah gue kirim ya Gi.”

“Oke thanks Ki.”

“Bosen, masuk lagi yuk?” tawar Dara.

“Ngapain? Langsung ke street foodnya aja gimana?”

“Nyari tempat foto lagi dulu Ki, gue belum dapet spot foto bagus nih.”

“Buset disini aja kan bisa?”

“Ga mau, mau di dalem.”

Akhirnya Kiana dan Gian menuruti mau Dara untuk mencari sebuah spot foto dalam mall itu lagi.

Setelah mendapatkan spot foto yang Dara inginkan, mereka pun keluar kembali dari mall itu dan jalan menuju street food di dekat sana.

“Kayanya kita kesorean deh kesininya, ini udah pada mau tutup,” pinta Gian.

“Udah gapapa, masih ada juga yang buka.”

“Beb beli corndog yuk?” Gian menunjuk sebuah tenda yang menjual corndog.

“Yuk!”

Ritual setelah membeli makanan adalah memotretnya dan di upload ke sosmed.

Sembari menyusuri street food di sana mereka menyantap corndog yang sudah mereka beli tadi.

“Bentar, gue menemukan makanan yang akan mengenyangkan kita.” Dara langsung pergi meninggalkan Kiana dan Gian.

Kiana dan Gian memutuskan untuk menunggu Dara di pinggir jalan saja.

Dara menghampiri Kiana dan Gian dengan membawa tiga bungkus makanan.

“Dar itu apaan?”

“Ga tau, gue ngasal beli aja.”

“Banyak banget itu.”

“Biar kenyang.”

“Beb duduk situ aja, capek berdiri terus.”

Tak terasa matahari sudah tenggelam, dan bulan sudah naik menggantikan matahari. Mereka memutuskan untuk pulang saja, karena sudah tak ada apa-apa lagi untuk mereka kunjungi.