Bertemu
“Keren banget, eh ngomong-ngomong tadi lagunya tentang apa? Maklum bubun ga tau artinya hehe.” Bunda menghampiri Kiana yang baru saja turun dari panggung.
“Dua orang yang saling suka, tapi mereka ga saling mengungkapkan sampai mereka tau jika mereka saling suka waktu mereka udah berpisah,” jelas Kiana.
“Kalo gitu kaya yang nyanyi dong?”
“Maksud bubun?”
“Ya kaya kamu sama Jaja.”
“Engga ah.”
Memangnya Reza dan Kiana saling mempunyai perasaan? Hm tak ada yang tau perasaan mereka kecuali diri mereka sendiri dan Tuhan.
“Ki, gue sama Gian tinggal ya, mau nemuin ortu dulu,” pamit Dara.
“Oke.”
Reza berjalan menuju arah bundanya dan Kiana.
“Udah selesai balikin alatnya?”
“Udah bun.”
“Habis ini pada ngapain?” tanya bunda kembali.
“Udah selesai, tapi belum boleh pulang katanya.”
“Bubun, aku mau nemuin mamah dulu ya. Bubun sama Eja makan dulu aja, nanti aku nyusul.”
Kiana berjalan menuju sebuah meja yang diatasnya ada beberapa alat yang kurang ia pahami. Menghampiri sosok yang ia rindukan.
“Mah,” panggilnya pelan.
Yang dipanggil merasa mengenal suara itu, lalu ia menoleh.
“Kiana?” Senyum dari bibir Kiana pun terukir indah.
Dengan cepat Kiana memeluk mamahnya dengan sangat erat, ada rasa tak mau kehilangan kembali.
“Mamah kangen Na.”
“Aku juga.”
“Oh iya, sini mamah kenalin ke saudara kamu.” Kiana dan mamahnya melepas pelukan mereka.
“Naufal kenalin ini anak mamah. Kiana ini Naufal kakak kamu.”
“Kiana kak.” Tangan Kiana terulur untuk berjabat tangan dengan Naufal.
Naufal membalas jabatan Kiana, “Naufal.”
“Kalian yang akur-akur yaa.”