Bertambah Usia
Tama mengangkat tangannya untuk melihat arloji yang menempel pada pergelangan tangan kirinya. Tertampil jarum jam menunjukkan pukul dua belas dini hari.
Namun, sang anak masih belum terlelap. Ken masih gelisah tak nyaman tidur di dekapan Sandra. Berakhir Tama yang sekarang menimang sang anak agar kembali terlelap dalam tidurnya.
“Tam, aku keluar bentar, ya. Sumpek di dalem kamar,” ucap Sandra sembari berusaha turun dari ranjang rumah sakitnya.
Tama bergegas menghampiri Sandra dan mengulurkan tangan kanannya membantu Sandra. “Udah malem gini mau ke mana?” tanya Tama.
“Cari udara aja, paling ke taman rumah sakit aja.” Sandra mengambil cairan infusnya dan akan ia bawa keluar.
“Aku temenin aja sini.” Tama meraih kantung cairan infus yang dibawa Sandra, tetapi Sandra dengan cepat merebutnya kembali.
“Nggak, kamu di sini aja nidurin Ken,” ucap Sandra.
“Tapi kamu kuat jalan sendiri?” tanya Tama mengingat kondisi Sandra pasca melahirkan.
Acungan jempol menjadi jawaban dari Sandra. Tama pun membiarkan istrinya berjalan keluar dengan perasaan khawatir.
Dengan langkah pelan dengan sedikit menahan rasa sakit, Sandra keluar dari kamar rawatnya. Di depan kamar sudah ada yang menunggunya dengan membawa satu kue ulang tahun.
“Mama gapapa keluar kayak gini?” tanya Keyna yang mendapati mamanya keluar dari kamar.
Sebelumnya Keyna sudah melarang Sandra untuk keluar, tetapi Sandra tetap nekat keluar untuk menemui sang anak. Ia bersikeras ingin sama-sama memberikan kejutan untuk ulang tahun sang suami.
“Gapapa, aman. Kamu yang bawa kuenya ya, Mama bawa ini soalnya.” Sandra menunjukkan kantung infus yang ia bawa.
“Ini mau masuk sekarang atau nanti?” tanya Keyna dengan suara pelan, takut jika suara mereka terdengar hingga dalam kamar.
“Sekarang aja deh, Mama takut lama-lama di luar gini.” Sandra melihat ke sekeliling lorong yang kosong dan sepi.
Keyna mengangguk dan tertawa pelan melihat mamanya sedikit ketakutan. Sandra membuka kenop pintu kamarnya dan membiarkan Keyna masuk terlebih dahulu.
“Happy birthday Papa, happy birthday Papa. Happy birthday, happy birthday, happy birthday Papa.” Sandra dan Keyna bernyanyi dengan pelan takut jika membangunkan bayi yang sedang digendong Tama.
Tama memandang ke arah istri dan anaknya yang sedang membawa kue dengan satu lilin kecil tertancap di sana. Tama menggelengkan kepalanya pelan, tak menyangka ia akan mendapatkan sebuah kejutan kecil seperti ini.
“Ayo make a wish dulu,” ucap Keyna mendekatkan kue yang ia bawa ke hadapan Tama.
Tama menutup matanya, semoga kami bisa selalu berkumpul seperti ini dengan hangat, permintaan Tama dalam hati. Seusai membuat permintaan, Tama membuka matanya dan meniup pelan lilin kecil di sana.
“Yey,” sorak Keyna dan Sandra dengan memberikan tepuk tangan pelan.
“Pa, mau kado apa?” tanya Keyna sembari menaruh kue yang ia bawa ke meja di dekat ranjang rumah sakit.
“Tahun ini Papa udah dapat banyak kado indah. Nikah sama Mama, punya kamu, dan paling indah adalah Ken.” Tama memandang anak laki-lakinya dengan senyum mengembang.
Kebahagiaan saya tahun ini lengkap, terima kasih, Tuhan.