Bersatu

Perasaan bahagia serta gugup menjadi satu. Reza memikirkan apa yang harus ia katakan nanti jika bersama dengan Kiana. Perkataan apa yang harus ia katakan untuk meyakinkan hati Kiana?

Karena sibuk memikirkan hal itu, selama di mobil hanya ada keheningan. Reza sibuk dengan pikirannya, sementara Kiana tak tau apa yang harus ia lakukan.

Sesampainya mereka di sana, Reza bergegas saja menarik tangan Kiana. Kiana tak menolak, karena ia pikir Reza sudah mengetahui tempatnya. Nyatanya Reza pun tak tau harus pergi kemana, ia hanya menarik Kiana menuju tempat yang kemungkinan cocok untuk menyatakan perasaannya.

“Yang lain mana, Ja?” tanya Kiana ketika Reza menghentikan langkahnya.

“Ga ada.”

“Maksud lo?”

“Mereka emang ga ada, Na. Cuma ada kita di sini.” Kiana mengerutkan alisnya bingung.

“Lo ga nyadar? mereka yang ngerencanain hal ini. Dan gue ga akan nyia-nyiain momen ini.” Reza menarik tangan Kiana dalam genggamannya.

“Masih kaya sebulan lalu, gue sayang lo, Na. Sebulan ini gue udah berusaha semaksimal mungkin buat yakinin lo. Gue serius sama lo, gue ga jadiin lo pelampiasan semata.” Reza mengeluarkan semua yang ada dibenaknya, ternyata kata-kata yang sudah ia rangkai sebelumnya justru tidak ia katakan.

“Kata Gian, lo belum bisa ngilangin rasa lo ke gue, kan? gue juga masih belum, Na. Gimana kalo kita saling menyampaikan rasa kita? biar kita sama-sama engga tertolak, kita sama-sama dapet cinta kita. Lo mau, kan?” Reza sangat takut akan jawaban yang akan keluar dari mulut Kiana.

“Ja,” panggil Kiana yang membuat Reza gugup setengah mati.

“Sebulan ini memang gue ngerasain usaha lo, Ja. Gue memang belum bisa hilangin rasa gue ke lo. Dan untuk pertanyaan terakhir, gue—” Belum selesai Kiana berbicara, Reza sudah memotongnya.

“Gue paham kalo emang lo belum bisa nerima gue, tapi gue janji, gue ga akan mengulangi kesalahan yang sama. Gue ga akan berlaku sama kaya yang dulu gue lakuin ke Angel. Gue bakal benar-benar naruh lo sebagai satu-satunya wanita di hati gue.”

“Gue belum selesai ngomong, Ja. Gue mau, gue mau kita saling mencintai tanpa ada penolakan apapun. Gue udah yakin sama lo, ya walau gue masih takut.” Mata Reza terbelak terkejut, ia tak menyangka jawaban itu akan keluar dari mulut Kiana.

Reza pikir, ia akan ditolak kembali oleh Kiana. Namun ternyata salah, pikirannya salah.

“Lo serius?” Kiana mengangguk menjawab pertanyaan Reza.

Reza menarik Kiana ke dalam dekapannya, mencurahkan rasa senangnya. Kiana kini menjadi satu-satunya wanita yang ada di dalam hati Kiana.

“Aku janji, Na, aku janji ga akan nyakitin kamu.”

“Jangan janji, Ja.”

“Iya, aku ga janji, tapi aku bakal buktiin.” Kiana diam-diam tersenyum bahagia, memang ini yang ia harapkan, bisa berbahagia dengan orang yang ia cintai.

Langit malam dengan bulan serta bintang menjadi saksi kisah cinta keduanya. Keduanya sama-sama menjalani masa susah, namun akhirnya kini mereka bersatu.

Semesta yang mempertemukan mereka, maka semesta pula yang menyatukan mereka. Seiring dengan waktu, lika liku yang mereka lewati, sekarang mereka dapat merasakan rasa bahagia yang bebas.

Kiana yang awalnya harus menerima pahit karena Reza sudah memiliki kekasih kini sedang merasakan rasa manis.

Reza yang letih mengejar Kiana kembali, kini rasa letihnya hilang, ia sudah berada di garis finish. Keduanya sudah mencapai kemenangan.

Kemenangan keduanya menjadi akhir dari kisah mereka, sekarang cukup menjalankan peran masing-masing untuk tetap bahagia.