Berpisah

Sudah pukul tiga dini hari, dan Reza sudah rapi dengan celana jeans serta jaket hitamnya.

Reza keluarkan mobilnya dari garasi untuk pergi ke rumah kekasihnya, yang mungkin setelah ini ia tak akan bisa lagi menyebutnya sebagai kekasih.

Jalanan yang sepi membuat Reza tak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di tujuannya.

Mobil Reza sudah terparkir sempurna di depan bangunan rumah yang akan ia rindukan kedepannya.

Reza mengetuk pelan pintu bangunan itu, dan mendapati sosok yang sangat ia sayangi menyambutnya.

“Reza? beneran ke sini?”

“Bener dong, aku kan ga pernah bohong.”

Tidak ada banyak obrolan karena Angel masih sibuk menata semua bawaannya.

Sekitar pukul setengah empat, Reza serta Angel dan Ibunya berangkat menuju bandara.

Sepanjang perjalanan tak ada satu suara pun yang keluar dari bibir Reza maupun Angel. Keduanya masih tidak menyangka jika hubungan mereka akan berakhir secepat ini.

Setelah sampai di bandara, Ibu Angel pergi untuk mengurus tiket penerbangannya. Ibu Angel pun paham akan situasinya, maka dia meninggalkan Angel berdua dengan Reza.

Reza menggenggam tangan Angel dengan lembut, “Kita beneran berakhir, ya?”

Angel mengangguk, “Lebih baik gitu, Za.”

“Reza,” panggil Angel yang membuat Reza menoleh padanya.

“Setelah ini, tolong jangan nyakitin hati wanita lagi, ya? aku tau, di hati kamu ada tiga wanita. Ada aku, bunda kamu, dan Kiana. Kamu selalu larang Kiana buat dekat sama semua laki-laki karena kamu ga mau dia jadi punya orang lain kan?”

“Aku juga tau kok, tau banget, kalo kamu memang cinta dan sayang sama aku, dan aku pun begitu. Tapi kasarnya, kamu ga cukup dengan satu wanita aja di hati kamu setelah bunda kamu. Kamu nyakitin aku sama Kiana, Reza.”

“Aku harap setelah perpisahan ini, kamu bisa menempatkan satu wanita aja di hati kamu setelah bunda kamu. Habis ini, aku akan cari bahagia aku, dan kamu juga harus begitu.” Angel tersenyum dan berusaha sekuat tenaga agar air matanya tidak jatuh.