236. Sepi

Sesuai dengan ucapannya, Malvin benar-benar sudah menyelesaikan segala kerjaannya hari ini. Ia pun langsung pergi ke rumah sakit untuk menemani Lisha dan agar Rey tidak bolos sekolah.

Malvin langsung membuka pintu kamar yang bertuliskan kamar rawat tulip 2. Sepi, tak ada yang merespon kehadirannya. Ia disuguhi pemandangan Lisha yang setia dengan tidurnya.

Tanpa berlama-lama Malvin langsung duduk pada bangku di samping ranjang Lisha yang sudah tersedia di sana.

Bingung, ia bingung harus melakukan apa. Tak pernah ia bertemu Lisha dengan keadaan seperti ini.

Malvin memutuskan untuk memainkan ponselnya, ia buka galeri ponselnya perlahan. Ia lihat banyak foto-foto kenangannya dengan Lisha sebelum kejadian ini terjadi.

Membuatnya kembali merasa rindu dengan orang yang sedang terbaring tak berdaya dihadapannya.

Ia upload foto-foto itu pada akun twitter pribadinya, bercanda ria dengan teman-temannya yang ikut bercanda padanya. Sembari mengingat kembali dari momen dalam foto itu.

Ia tutup ponselnya dan menaruhnya pada nakas di sampingnya. Ia bersandar pada sandaran bangku, ia tatap langit-langit atap.

“Sha,” panggilnya yang tentu saja tak mendapat sahutan.

“Mimpi apa sih? Lama banget tidurnya.”

“Kamu ga kangen abang? Ga kangen Rey? Ga kangen papa mama? Ga kangen bunda? Ga kangen Leo sama Jaguar?”

“Dulu ya kamu sama Rey minta buat tidur bareng sama abang, tapi pas abang buka pintu kamar, abang udah disambut sama kalian yang lagi lempar-lemparan bantal.”

“Pas abang nyuruh berhenti kalian malah sama-sama mukulin abang,” ucapnya seraya terkekeh.

“Kompak kalo punya sasaran yang sama.”

“Waktu itu juga abang pulang kerja, abang pikir waktu masuk kamar lihat kalian udah perang bantal di kasur, eh ternyata kosong. Ya udah abang mandi aja, ternyata kalian udah siap-siap di sana.”

“Kangen lho dek, cepet bangun yuk.”

“Nanti kita tidur bareng lagi, perang bantal bareng lagi, nongkrong di balkon lagi, masak indomie malem-malem.”

“Rumah sepi ga ada kamu.”

“Ayo bikin rumah yang rame lagi!”